Desa Penglipuran Di mana Peradaban Lama dan Modern Berpadu Harmoni
Sobat Blogger! Tahu kah kalian, bahwa ada satu desa di Bali yang mulai dikenal hingga manca negara karena gencarnya promo film Eat Pray Love-nya aktris Hollywood Julia Robert, di akhir tahun 2010 lalu.
Yup, dialah Desa Wisata penglipuran.
Terletak di kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Penglipuran berada di kaki Gunung Batur dengan ketinggian 600-700 mdpl. Destinasi ini, berada di bagian timur Pulau Bali.
Yup, dialah Desa Wisata penglipuran.
Terletak di kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Penglipuran berada di kaki Gunung Batur dengan ketinggian 600-700 mdpl. Destinasi ini, berada di bagian timur Pulau Bali.
Tentang Desa Penglipuran
Desa Penglipuran merupakan desa adat dengan tradisi budaya Bali kental-nya, suasana alam pedesaannya yang sejuk, bersih dan tertata rapi. Dipadu dengan padatnya wisatawan lokal maupun manca negara yang datang hilir mudik di area wisata ini. Merupakan wujud keunikan Bali yang lain.
Karena rute perjalan menuju destinasi ini kondisi medannya naik turun dari komplek Bedugul, akhirnya kami baru sampai ke Desa Penglipuran ini di siang hari.
Di siang hari parkir mobil di tempat ini sudah penuh. Hingga pengatur wisata desa, mengarahkan kami untuk parkir di pinggir jalan keluar desa, di bawah rimbunnya pohon bambu.
Di siang hari parkir mobil di tempat ini sudah penuh. Hingga pengatur wisata desa, mengarahkan kami untuk parkir di pinggir jalan keluar desa, di bawah rimbunnya pohon bambu.
Ketika memasuki area wisata Desa Penglipuran, petugas membandrol dengan harga tiket Rp 50.000,00 untuk tiga orang, sayangnya tanpa karcis resmi. Si Bapak petugas karcis langsung main ambil saja uangnya tanpa memberi kami tiket, hiks. (Anggap ini oknum, ya. Bukan mewakili penduduk di sini)
Daya Tarik dan Keunikannya
Saat mendengar kata Desa Penglipuran sempat terpikir sih dibenak kami bertiga, hebat banget ya, desa ini bisa menjadi destinasi wisata. Berkelas internasional pula.
Ehtapi, sebenarnya apa sih yang menyebabkan desa ini bisa terpilih menjadi desa wisata?
Ehtapi, sebenarnya apa sih yang menyebabkan desa ini bisa terpilih menjadi desa wisata?
Daripada penasaran, yuk, mari barengan kita ulik sebenarnya ada apa saja sih di Desa Penglipuran ini?
Selamat Datang di Desa Wisata Penglipuran |
- Tata Letak dan Arsitektur Rumah Penduduk yang Unik
Awal memasuki area desa sepertinya biasa saja, hampir mirip dengan beberapa desa umumnya di Bali. Ada Balai Masyarakat, ada Balai Banjar Adat, ada Pura dan masih belum ketemu sesuatu yang menarik di sini.
Peta Desa Wisata Penglipuran |
Namun setelah sampai di pertigaan gang gitu, kita mulai takjub dengan suasana desa yang memukau. Desa yang bersih, rapi dan damai, walau banyak wisatawan lokal maupun manca negara yang hilir mudik di sini, pesona keindahan dan keunikannya masih bisa dirasa.
Di pertigaan gang tersebut juga, kita akan di arahkan ke dua tempat yang berbeda. Jika ke arah kanan, kita diarahkan ke Hutan Bambu dan Pura. Jika ke kiri, kita diarahkan ke monumen pahlawan.
Atas saran Pak Suami kami memilih ke arah kanan saja, yaitu Hutan Bambu dan Pura, baru pulangnya melewati makam pahlawan. Karena sepertinya arah ke kiri itu terlihat mirip jalan keluar desa.
Nah, jika mengacu pada peta desa di atas, jalan yang kami lalui dengan jalan kaki bersama wisatawan lainnya ini, adalah Jl Satria. Di jalan ini, sejauh mata memandang pintu gerbang rumah penduduk di sini terlihat hampir sama, walau nggak sama persih, sih. Di mana pintu gerbang tersebut tetap menggunakan arsitektur khas Bali-nya.
Pintu gerbang rumah penduduk |
Oh ya, jalan pedesaan di sini tidak menggunakan aspal, tapi menggunakan batu sikat sebagai susunannya. Uniknya sangat rapi, bebas asap kendaraan, dan asri dengan aneka tanaman hijau di kiri kanannya.
Suasan Desa Penglipuran |
Ketika memasuki beberapa rumah, di dalam rumah masing-masing penduduk disuguhi aneka suvenir khas Bali untuk dibeli, bahkan ada beberapa rumah yang menjual aneka makanan ringan juga. Sepertinya roda perekonomian di desa ini, nggak ada matinya, ya.
Saya membeli kain celana khas Bali (maaf namanya lupa) dan cardigan di salah satu rumah penduduk. Harganya nggak seberapa mahal koq, bahkan jika beli lebih dari satu malah boleh ditawar, hehe.
Rumah salah satu penduduk dengan dagangan suvenirnya. |
Oh ya, sekadar mengingatkan saja, saat di Bali jangan sekali-kali menawar barang, namun setelah terjadi deal dengan penjualnya, kita nggak jadi membelinya, loh ya!
Si penjual bisa marah besar. Beneran berani bertengkar loh mereka, jika kita melakukan hal ini. Untuk lebih nyamannya, jika memang tertarik untuk membeli barang, silakan Sobat tawar harganya. Tapi jika tidak tertarik dan mungkin posisi keuangan sedang pas-pasan, lebih baik nggak usah ditawar, ya!
Ketika memasuki beberapa rumah penduduk, uniknya selain pintu gerbang rumah penduduk yang terlihat hampir sama, bentuk rumah, area pekarangan di dalam dan di luar rumah dalam sekat pagar tembok masing-masing pun terkesan mirip-mirip gitu.
Di setiap pekarangan dalam sebuah tempat tinggal, terdiri dari beberapa bangunan, berupa ruang tidur, ruang tamu, dapur, balai-balai, lumbung dan tempat sembahyang. Di mana antara satu pekarangan dengan pekarangan lainnya, terdapat jalan sempit yang menghubungkan keduanya.
Info ibu yang saya singgahi rumahnya ini, masyarakat di sini masih patuh menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali dalam kehidupan kesehariannya. Sehingga arsitektur bangunan dan pengolahan lahan masyarakat di sini, masih mengikuti filosofi Tri Hita Kirana-nya. Yaitu sebuah filosofi masyarakat Bali berkenaan dengan keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia dan lingkungannya.
Jadi warga Desa Penglipuran tetap memelihara dan melestarikan tradisi budaya ini dalam keseharian mereka, bahkan hingga tata letak tempat tinggal pun, mereka juga berkiblat pada tradisi . Hal ini tidak lain sebagai wujud penghormatan dan kepatuhan akan ajaran yang mereka percayai.
- Suasana Pedesaan yang Asri dan Alami, Berasa Kita Kembali ke Peradaban Lama
Dengan tata letak dan arsitektur kental khas Bali yang terus dipertahankan di sini. Seolah kita sedang berada dalam suasana tempo dulu. Jika tidak melihat banyak turis dan wisataan di sini.
Suasana desa yang sejuk dan asri, tanpa hiruk pikuk kendaraan |
Selain itu, udara sejuk yang ditawarkan di desa ini karena memang terletak di ketinggian 600-700 mdpl. Serta suasana desa yang jauh dari hingar-bingar modernisasi Bali seperti Kuta, membuat kita benar-benar berasa kembali ke peradaban lama, saat berada di sini.
Uniknya lagi di sepanjang jalan desa ini, semua orang berjalan kaki. Tidak diperbolehkan berkendara di sini. Sehingga tidak ada arus lalu lintas di sepanjang jalan desa. Jadi beneran berasa jauh dari peradaban modern lah kita ini.
Jika tidak melihat cara penduduk berpakaian, ada listrik dan orang hilir mudik berselfie ria dengan smart phonenya, kita mungkin berpikir sedang berada di zaman lampau, ya. #Hihi
Jika tidak melihat cara penduduk berpakaian, ada listrik dan orang hilir mudik berselfie ria dengan smart phonenya, kita mungkin berpikir sedang berada di zaman lampau, ya. #Hihi
Jadi saat berada di Desa Penglipuran, jangan harap menemukan sampah yang berserakan, tidak juga motor ataupun mobil yang berhenti karena macet di jalan. Yang kita temukan di sini hanya suasana asri, damai, udara bersih dan segar, serta tanaman hijau yang tertata apik di kanan kirinya. Unik ,kan?
- Desa yang Solid, Berkomitmen, Dinamis dan Juara
Desa Penglipuran yang selalu ramai wisatawan |
Walau seolah berada dalam peradaban lampau, tapi saya meyakini bahwa pengelolaan Desa Penglipuran ini sangatlah solid. Sepertinya seluruh warga desa di sini sama-sama merasa bertanggung jawab untuk melestarikan ajaran leluhurnya dengan taat, secara turun temurun.
Buktinya ...
Di tahun 1995, beberapa tahun setelah diresmikannya Desa Penglipuran sebagai desa wisata. Desa ini langsung menyabet penghargaan Kalpataru, loh. Sebagai apresiasi pemerintah pada masyarakat Desa Penglipuran atas usahanya melindungi Hutan Bambu di ekosisi lokal mereka. (Wikipedia)
Bahkan dilansir dari jakarta.trbunnews.com april 2019, melalui penghargaan Trip Advisor dalam The Travellers Choice 2016-nya, Desa Penglipuran ini dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia. Bersama dengan desa terapung Giethoorn dari Belanda dan Desa Mawlynnong dari India.
Beberapa penghargaan yang disebutkan di atas, serta banyaknya wisatawan lokal maupun manca negara yang berdatangan ke Desa Penglipuran ini, bakal susah terwujud jika seluruh warga masyarakat Desa Penglipuran tidak kompak, tanpa komitmen dan susah bergerak maju menangkap banyaknya peluang yang ada.
Namun seluruh warga Desa Penglipuran berhasil menyelesaikannya, hingga penghargaan dan membludaknya wisatawan sebagai bonus keberhasilan desa ini pun, mereka dapatkan.
Apresiasi untuk kerja keras seluruh warga Desa Penglipuran ini.
Apresiasi untuk kerja keras seluruh warga Desa Penglipuran ini.
Oke Sobat, di atas adalah sekelumit cerita perjalanan kami ke Desa Wisata Penglipuran, Bali, ketika libur lebaran 2019 kemarin. Merupakan desa yang unik, solid dan juara, di mana peradaban lama dan modern berpadu harmoni.
Nah, saya dan keluarga sudah menikmati keseruan dan uniknya desa ini.
Bagaimana dengan kalian? Sudahkan Desa Penglipuran jadi tujuan wisata kalian selanjutnya?
Salam,
- Nanik K -
Note: Nanik K-Travel Content Class-Surabaya
#DesaPenglipuran
#WisataBali
#KeunikanBali
#DestinasiWisataBali
Note: Nanik K-Travel Content Class-Surabaya
#DesaPenglipuran
#WisataBali
#KeunikanBali
#DestinasiWisataBali
Mbak, aku terpana pada penampilan blogmu. Cantik yaa. Hihihi. Artikelnya juga mantap. Sukses y mbak
ReplyDeleteTerima kasih apresiasinya Mbak Emmy.
DeleteMakasih sudah mampir ke blog Mak Kinan. ����
Udah brp kali ke bali tp blm sempet ke sini duh. Next trip harus bgt ke sini ini indab bgt da
ReplyDeleteYuk Mbak Sukma. Indah, sejuk dan unik. Monggo dicoba. ��
DeleteWah, saya pas ke Bali belum sempat mampir ke desa ini mbak. Sepertinya,kalau ke Bali harus jadi tujuan wisata nih
ReplyDeleteIya mbak, bukan pantai saja yang menarik di sana. Suasana desa tempo doeloe juga ada di Bali.
DeleteAsyik loh.
Iya emang keren desa wisata Panglipuran ini, semuanya masih heritage hehhee
ReplyDeleteIya mbak. Itu yang bikin unik, ya.
DeleteAslinya lebih menyenangkan melihat desanya langsung ya Mba. kebayang cerita di film pas liat foto2 desanya. jd pengen maen ksana :)
ReplyDeleteSilakan mbak. Karena Bali penuh dengan pesona, tak hanya dengan pantainya. Hanya medannya cukup jauh jika dari Denpasar.
Deletejadi inget sekitar 3 tahunan yg lalu ke desa penglipuran mba hehe, desa nya emang sejuk dan emang bersih, saya juga sempet masuk kedalam salah satu rumah penduduk dan beli beberapa souvenir, pengen kesana lagi jadi nya hehe
ReplyDeleteIya kak, soalnya unik, ya. Terus dibuat spot foto juga bagus dan unik.
DeleteWalau medan yang ditempuh naik turun, tapi puas banget setelah sampai desa ini.
Aku pengin bangetttt kemari. Apalagi banyak teman share foto2 di sini. Gak terlalu jaug, cuma belum sempat aja.
ReplyDeleteIya Mbak Wid, kalau dari Bondowoso lebih dekat, ya daripada dari Surabaya.
DeleteMonggo mbak, sekalian honeymoon. 😊
Keren ya ada desa tujuan wisata seperti ini seperti di Jepang semua wilayahnya benar-benar ditujukan untuk menjadi desa tujuan wisata yang bisa menghasilkan devisa negara
ReplyDeleteBeberapa teman menulis ttg Desa Panglipuran ini. Katanya, dinobatkan jadi desa terbersih sedunia ya?
ReplyDeleteSenang ya bisa menyambangi desa yg tetap dipertahankan adat istiadatnya...
Panglipuran ini sudah jadi salah satu lokasi yang aku bookmark kalau berkesempatan ke Bali. Aku sudah tertarik banget mau muterin desanya. AMbil foto dan ngobrol sama warganya. Nah, semga kesempatan itu segera datang.
ReplyDeleteBalik postingan ini lagi dan pengin lagi hehehe. Ini nggak cuma perangkat desanya yang "mau" mengembangkan potensi desa ya. Tapi kekompakan warganya patut ditiru. Apalagi zaman sekarang yang kadang sama tetangga pun nggak kenal, lha kok trus masih ada desa kayak Panglipuran ini, Cakep banget.
DeleteTerbayang indah dan nyamannya berada di Desa Panglipuran ini. Tak ada kendaraan artinya udara masih sangat bersih, sesuatu yang langka di kota-kota besar.
ReplyDeleteOh nama desanya Desa Penglipuran, ya. Duh baru tahu juga aku. Lihat foto-fotonua keren, Mbak. Tampak sekali nuansa jadulnya ya tapi justru jadi daya tariknya. Next ke Bali lagi, mesti mampir sini nih.
ReplyDeleteDunia yang beda dari Bali, lebih bersahaja dan damai. Ketinggian segitu berarti udaranya lumayan dingin ya.
ReplyDeleteWaktu saya kuliah di Bali, Desa Penglipuran mulai dikembangkan. Kampusku juga terlibat bersama Pemda setempat dam masyarakat. Dan ini memang misinya mulia selain untuk proyek wisata. Yakni jadi percontohan desa berkonsep Tri Hita Karana yang ramah wisatawan.
ReplyDeleteSayangnya saat tahun 2018 ke Bali aku skip ke sini karena kemalaman di jalan.
Semoga lain kali bisa berkunjung lagi ke Penglipuran
Memang butuh dukungan semua pihak agar sukses mengembangkan sebuah kawasan ya...Semoga program seperti di Desa Penglipuran ini bisa diadopsi daerah lainnya
DeleteWah, aku baru tahu mbak kalau di sana ada aturan nggak boleh menawar barang ya. Pasti serem tuh kalau ada yang begitu. Kalau kita di Jawa udah biasa ya tawar menawar gitu. Hahaha
ReplyDeleteSeru travelingnya, Mbak.
Mantap banget nih Mbak Nanik udah singgah ke desa terbersih di dunia. Saya kapan, yak? Hehe.. Beneran penasaran ini. Biasanya kalau bicara Bali kan pantainya, gitu. Ini desanya yang bersih. Anugerah banget. Semoga tetap terjaga kualitas desanya sampai nanti saya beneran ke sana, hehe
ReplyDeleteDimana-mana kalau pas nawar dan sudah deal harga ternyata ndak jadi dibeli sih emang membuat hati penjual nggak nyaman, terlepas akan bertengkar pada akhirnya atau tidak. Hehehe
ReplyDeleteOalaaah jadi ini lho lokasi pengambilan shooting film Eat Pray Love yang fenomenal ituuuuh :D waah iya itu oknum huhu semoga SEGERA Ada petugas legal Dari pemda serempak yaa mba. Di luart itu semua Ymyang bisa Aku simpulkan memang desa Penglipuran is unique!
ReplyDeleteKini mungkin mereka para warga desa di sini sudah terbiasa dengan kedatangan turis asing ya. Jadi menganggap biasa saja dan tetap nyaman beraktifitas. Tidak minta foto malah mereka yang dimintain foto oleh turis. Hehe.
ReplyDeleteDesa Penglipuran sepertinya menjadi salah satu destinasi yang wajib didatangi saat ke Bali. Saya lihat banyak wisatawan yang ke sini. Rapi banget desanya
ReplyDeleteAku pernah ke sana, asri banget ya. Tenang gitu. Pengen foto ala-ala yang bagus cuma sayangnya pas ke sana lagi rame qiqiqiqi...
ReplyDeleteSemakin sering aku baca tentang Desa Penglipuran ini, semakin ingin menjejak disana Mba. Aku suka Desanya yangs serapi itu, pengen lihat dengan mata sendiri rasanya. Dan kayaknya Desa ini gak pernah sepi ya terutama saat siang hari.
ReplyDeleteAsri sekali desa ini. Suasana gini yg dicari turis. Btw soal tawar menawar. Terus gak jadi, kayaknya dimana2 bakal bikin ngambek deh.hahaha
ReplyDeleteHayuuk mbak. Seru saat di sana. Berasa di masa lampau, jika nggak ada wisatawan. ��
ReplyDeleteDesa panglipuran ini adalah salah satu wishlist aku kalau nanti ke bali, keindahan dan kaearifan lokal masyarakatnya sangat menarik dan sayang kalau gak dikunjungi.
ReplyDeleteBali ini ya, setiap halnya selalu menarik perhatian. Ya alamnya, ya budayanya, ya perkampungannya kayak Desa Penglipuran ini. Bikin kepengen selalu balik lagi deh liburan di Bali. :)
ReplyDeleteKalau semua desa di Indonesia bisa bersih dan rapi, mungkin orang lokal pun betah berkunjung, ya. Orang mancanegara pun bisa makin kenal Indonesia karena hal baik.
ReplyDeleteSalah satu desa yang sedang heits di Bali ya mbak. Aku dah 10 tahun tak ke Bali lagi, moga pas ada rezekinya ke Bali bisa mampir sana. Unik ya rumah2nya, apalagi kalau ngrasain nginep sana pasti menyenangkan :D
ReplyDelete