-->

Ingin Lebih Dimengerti Anak? Yuk Baca dari Kisah Mama Rara di Bawah ini!


Sumber Pexels.com
                                                   
Suatu pagi di sebuah rumah sederhana  di salah satu sudut Kota Jakarta.

“Rara sayang, makan pagi, siang dan malam sudah mama siapkan di meja makan, ya a,” teriak Mama Rara sembari menyiapkan perlengkapan untuk berangkat bekerja sambil mengetuk pintu kamar Rara.

“Kamu nggak keluar dulu, Sayang? Mama mau berangkat, nih!”

“Iya Ma, Hati-hati di jalan, ya. Rara masih ngantuk, semalam habis lembur mengerjakan tugas sekolah,” sahut Rara dari dalam kamar.

Komunikasi yang dilakukan antara Rara dan mamanya ini berlangsung bertahun-tahun semenjak Sang Mama memilih menjadi single parent karena satu alasan. Saat itu Rara masih duduk di bangku smp. Sampai akhirnya Mama Rara menyadari bahwa putri semata wayangnya yang dia perjuangkan untuk bekerja sedari pagi hingga petang, sudah menyelesaikan bangku kuliah. Bahkan kini Rara pun sudah bekerja dan akan segera menikah.

Hasrat hati Mama Rara ingin agar putri semata wayangnya memilih tetap tinggal bersamanya, meskipun Rara sudah menikah. Tapi apa daya, Rara tidak bisa merasakan keinginan terpendam mamanya. Kesibukan Mama Rara bertahun-tahun lalu yang membuat Rara jarang mempunyai banyak waktu untuk mengobrol santai bersama Sang Mama, hingga akhirnya dia beranjak dewasa. Hal ini menjadikan Rara kurang bisa peka terhadap keinginan Sang Mama.

Rara remaja terbiasa menceritakan pencapaian akademis, kebutuhan hariannya serta kebutuhan kuliah saja, saat ada kesempatan berdua bersama mamanya. Bahkan seringkali komunikasi yang terjalin lebih banyak lewat gawai saja. Hanya jika Rara beruntung, dia bisa bertemu dengan Sang Mama dalam kondisi tidak terlalu malam. Itu pun tidak pernah mengobrol dari hati ke hati layaknya remaja lain.

Akhirnya Rara pun menikah, dan dia memutuskan tinggal bersama dengan Sang Suami tanpa mamanya, walau sebenarnya mereka berada dalam satu kota yang sama dengan Sang Mama. Sedangkan kondisi Mama Rara yang sudah tak lagi muda dan mulai menapaki usia senja, tetap tinggal sendiri di rumah, tanpa kehadiran keluarga lainnya karena sebelumnya mereka adalah perantau.

Hari-hari yang dilalui Mama Rara adalah menanti kabar dan kunjungan dari putri semata wayangnya dalam kesendiriannya dikegundahan hatinya. Dan tidak sekali dua kali saja terbersit pertanyaan dalam pikiran Mama Rara jika dia sakit parah, siapa yang akan menemani dan membantunya menghadap Sang Khalik nanti?

Miris ya, Sobat!

Jika kita merenungi kisah Rara dan mamanya di atas. Kondisi yang sangat tidak kita inginkan sebagai orang tua di usia senja kita, bukan?

Saat seorang ibu memilih sebagai ibu pekerja dengan lebih banyak beraktivitas di luar rumah. Tentu bukan hal mudah untuk bisa membagi waktu dan peran dalam keluarga, juga dalam peran dan tanggung jawab di luar rumah.

Apalagi saat kita memilih peran ganda sebagai singgle parent. Tentu beban tanggung jawab untuk pola asuh anak dan beban biaya hidup mutlak menjadi tanggung jawab satu orang saja.

Cepatnya waktu bergerak, hingga bayi-bayi mungil kita tak terasa sudah tumbuh menjadi sosok remaja yang menjadi dewasa, serta mulai mempunyai dunia sendiri.

Ironisnya jika disaat mereka sudah dewasa, kita sudah tidak mempunyai ruang untuk mengisi hari-hari mereka seirama dengan yang mereka inginkan, karena mereka sudah mempercayai dunia di luar rumah kita.

Dikarenakan kondisi diatas, maka cara berkomunikasilah yang akan membantu para ibu pekerja ataupun bapak yang jarang ada di rumah karena bekerja untuk bisa terus berperan dalam tumbuh kembang bayi-bayi kecil mereka.

Sedangkan dalam kasus Mama Rara ini, komunikasi dengan putrinya pada waktu-waktu yang berkualitaslah yang sering terabaikan, hingga tanpa dia sadari Rara sudah beranjak dewasa dan mempunyai dunia sendiri. Hal inilah yang membuat Mama Rara kurang mempunyai ruang di hati putrinya, Rara.

Berbicara tentang komunikasi. Komunikasi itu sendiri menurut Wikipedia sebenarnya merupakan wujud interaksi antara satu dengan yang lain dalam kehidupan sehari-hari pada konteks kita sebagai mahluk sosial yang hidup di masyarakat.

Namun seringkali sebagai orangtua kita juga bingung nih, sebenarnya cara berkomunikasi seperti apa yaa yang harusnya dilakukan? Terutama pada anak kita.

Berikut beberapa tips komunikasi dengan anak yang bisa Sobat Bloger praktekkan dengan buah hati:

1. Latih Habit Anak Menggunakan Kalimat-Kalimat Positif dan Membangun Optimisme

Pengetahuan dan skill berbahasa anak sering didapatkan dari lingkungannya. Terutama dari lingkungan keluarganya, tentunya selain lingkungan masyarakat maupun pergaulannya.

Maka proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari keluarga, juga pergaulan dengan masyarakat sekitar ini, otomatis akan memberi ciri khusus dalam prilaku dan berbahasa Si Anak.

Oleh karena itu para orang tua perlu membiasakan untuk mengenalkan kalimat-kalimat positif dan bersifat membangun optimisme pada anak, karena hal ini akan mempengaruhi cara pandang serta membentuk karakter saat anak dewasa nanti.

Jadi Sobat Blogger jangan salahkan anak jika menggunakan kata kasar dan tidak sopan. Bisa jadi, anak melihat orang tua juga pernah melakukannya.

2. Pahami Cara Berkomunikasi Antar Generasi Sesuai Zaman Dilahirkannya

Karena setiap generasi mempunyai cara pandang, tata bahasa juga cara berperilaku yang berbeda. Tentu cara komunikasinya juga berbeda, bukan? Maka terus Up grade ilmu parenting kita ya Sob, terutama wawasan tentang macam-macam generasi. Jangan lupa kenali pula termasuk generasi apa kita juga buah hati kita.

Akan tetapi saat berkomunikasi kita juga harus bisa menyelaraskan dengan gaya bahasa mereka loh yaa. Misal nih anak kita generasi Z yang pastinya teknologi minded, bukan? Maka Sobat Blogger harus juga paham dan familier pula dengan teknologi. Agar saat orangtua ngobrol dengan anak, bisa nyambung komunikasinya. ☺

3. Lakukan Komunikasi Dua Arah Dengan Gaya Komunikasi Asertif

Cara komunikasi dua arah secara langsung ini bisa jadi solusi jitu dalam masalah komunikasi. Dengan syarat orangtua maupun anak harus sama-sama open mindset, hingga adanya timbal balik dengan sikap saling menghormati antara keduanya pun bisa terjalin. Oh ya, meskipun orangtua selalu berusaha menghormati pendapat anak, orangtua tetap harus tegas dalam bersikap dengan memberikan solusi terbaik pada anak.

Jadi orangtua tidak boleh pasif mengalah tanpa prinsip, ataupun agresif dengan memaksakan kehendak pada anak. Gaya komunikasi ini sering kita kenal sebagai gaya komunikasi asertif yaa Sob.

Oke Sobat Blogger, semoga setelah membaca sharing ini. Kisah Mama Rara yang jauh dari kasih sayang anak di usia senja tiba, tidak terulang pada kita yaa.

Yuk Sobat Blogger, mulai memperbaiki cara komunikasi dengan anak dimulai saat ini yaa! Pastinya dengan mempraktekkan ketiga tips di atas setiap hari. 😘

Selamat Mencoba, Sobat!



-Kinan-

24 Responses to "Ingin Lebih Dimengerti Anak? Yuk Baca dari Kisah Mama Rara di Bawah ini!"

  1. Komunikasi memang penting banget yah bun, salah-salah malah panjang urusannya. hiks.
    makasih ya bun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 Bunda Heni.
      Moga komunikasi dengan buah hati makin oke ya bun.
      Hingga pesan ortu ke anak jadi tersampaikan, dapat dipahami dan diterima anak dengan baik.

      Delete
  2. Ya Allah aku sedih ikh Bun baca ceritanya. Walau pada kenyataannya cerita begini begitu bnyak. Pr kita ini u/ mengedukasi diri sndiri dan orang lain u/ membngun komunikasi posituf antra ibu dan anak

    ReplyDelete
  3. Komunikasi memang ibarat gedung, harus dibangun secara bertahap, harus ada pondasi yang kuat. Thanks for share ya Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Mb Damar.
      Harus ada pondasi yang kuat dalam komunikasi. Dengan terus berkomunikasi dengan anak kita pastinya.
      Namun jangan lupa ilmu parenting kita juga perlu pula untuk selalu di up grade.
      Makasih sdh mampir ya mb.

      Delete
  4. Komunikasi itu no 1 & sentuhan kebersamaan no 2& lakukan dg cara2 yg manis & membuat anak bahagia bersama kita tanoa alasan.

    ReplyDelete
  5. Aku pernah mengalami masa-masa 'jauh' dari anak. Sibuk bekerja, berangkat gelap, pulang gelap. Akhir pekan sering pergi juga. Beruntung, Allah ingatkan aku lewat teman-teman yang baik. Mereka yang mengingatkan untuk peluk cium anak-anak, makan bareng anak-anak, sampai bercerita sebelum waktu tidur. Terima kasih, Mbak ... Semoga hubunganku dengan anak-anak ke depan semakin dekat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ...
      Akhirnya Alloh swt memudahkan langkah itu yaa mbak.
      Senang mendengarnya. 😍

      Bismillah Alloh swt selalu memberi keberkahan dengan rizki yang berlimpah buat Mb Melina dan keluarga.

      Bismillah komunikasi makin lancar dengan buah hati yaa mbak, tentunya hubungan dengan keluarga makin intens.

      Bangga padamu mbakkuh. 😗

      Delete
  6. Senang baca ulasan ini...
    Saya punya pengalaman dengan orang terdekat mirip cerita di atas. Ada ibu, dulunya sama putra-putrinya cuek..kalau ngomel selalu mengungkit sudah disekolahkan, dibesarkan dll...Mungkin anak-anak ini jadi sakit hati akan perlakuan ibunya sampai besar digitukan. Kini saat senja, tinggal sendiri dan jauh dari anak-anaknya.
    Setuju, apa yang dilakukan di masa lalu ornag tua membekas di hati anak-anaknya. Jadi pelajaran ini bagi kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Astagfirullah ...
      Iya mb, ini juga kisah teman jauh.
      Saya juga prihatin mendengarnya Mb Dian.

      Seringkali orangtua yang sibuk karena aktivitas di luar rumah, yang diingat hanya pencapaian dan pencapaian.

      Bismillah makin banyak orangtua yang peduli cara komunikasi yang baik dengan buah hati yaa mb.
      Termasuk kita semua.
      Aamiin

      Delete
  7. Time flies so fast. Kita harus benar-benar hati-hati dalam menyikapi hidup ya. Hubungan anak dan ortu seringkali ditentukan oleh masa lalu. Dan sebaiknya kita harus bijak dalam memainkan peran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Mb Betty ...
      Bijak dalam memainkan peran, buat kita juga buat semua anggota keluarga.
      Agar komunikasi sesuai tujuan dan setiap anggota keluarga bisa saling mrnghormati.
      Makasih sudah mampir mb.

      Delete
  8. Makasih tipsnya mbak, saya garis bawahi, setiap zaman berbeda beda gaya hidup anak, saya lihat emang begitu, cara anak sejarang bermain, berkomunikasi beda dengan cara saya dulu seusianya,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 Mb Narti.
      Benar mb, beda zaman beda cara pandang, berperilaku juga ituu, gayanya hehehe ... 😊
      Btw makasih sudah mampir Mb Narti. 🙏

      Delete
  9. Sedih aku ngebayanginnya mbak. Terkadang sebagai org tua kita merasa dengan berkerja keras telah memenuhi kebutuhan anak. Mungkin secara materi iya, tp kalau batin anak kosong akan kasih sayang dan perhatian sungguh sia-sia semua waktu yg kita habiskan utk mencari materi tadi. Semoga kita bisa jadi ortu yg senantiasa meluangkan waktu untuk mendampingi tumbuh kembang anak hingga ia dewasa nanti. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.
      Benar mbak.Semoga kita adalah orang yang pertama di pikiran anak dimana pun mereka berada.
      Makasih sdh mampir mabkkuh 😗

      Delete
  10. Aku juga bljr dr pengalamanku sbg anak dulu. Hub ama ortu ga begitu akrab. Terlebih skr aku di jakrta, ortu di medan. Ketemu 2thn sekali. Telp jarang, wa palingan agak sering dgn mama doang. Krn aku sadar , sjk kecil kami emg ga terlalu dekat. Mungkin krn ortu dulu mendidik dgn sistem militer yg disiplin dan tegas. Jd yg ada, aku takut ama merrka. Boro2 mau cerita. . Yg ada juga dimarahin kalo curhat trutama ttg cowo :) . Kesalahan ini yg ga mau aku ulang ke anak2ku. Pgnnya, mereka bisa deket ke aku, dan papinya.. Jd mereka mau terbuka jika ada masalah. Dan berharap hubungan kami bisa ttp deket sampe tua . Iri ama hubuhubungan suamiku dgn ortunya. Mereka dkt bangeeet sampe skr ini. Tp kalo dgr cerita ibu mertua, ya krn dr kecil mereka dibiasain dekat, ngobrol selalu, makanya sampe usia udh dewasa pun ttp deket

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Mbak Fanny, komunikasi memang kunci utama membangun hubungan dekat dengan anak, ya? Semoga keluarga kecil Mbak Fanny makin kompak dan penuh dengan kasih sayang selalu. Saya pun punya history kurang baik dalam komunikasi dengan keluarga besar saya pribadi, intinya sama mbak. Dulunya beliau2, lebih mengedepankan hasil capain putra putrinya daripada komunikasi dari hati ke hati. Saya pun bertekad berusaha memperbaiki cara komunikasi dalam keluarga. Namun juga berusaha memaafkan apa yang sudah saya alami sedari kecil. Berharap ridho Alloh swt, semoga saat usia senja menghampiri, masih ada tangan-tangan kasih sayang anak kita yang merawat dan menjaga kita nanti. Aamiin

      Delete

tambahkan teks diatas kolom komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel